Apa Itu Keadilan? 🤔 Antara Harapan dan Kenyataan

Daftar Isi

Kita sering mendengar kalimat “hidup ini tidak adil.” perkataan seperti itu biasanya diucapkan dalam kesedihan, kemarahan, atau keputusasaan, seolah keadilan adalah hak yang dijanjikan sejak awal. Tapi benarkah begitu?

Baru-baru ini aku merenungkan kembali mengenai konesp keadilan 🙄 dan membuatku geli karena betama naifnya aku melihat semua ini sebelumnya. 

Apa Itu Keadilan?

Secara umum, keadilan dipahami sebagai pemberian yang setara kepada setiap individu sesuai dengan hak dan kontribusinya. Dalam bahasa yang lebih sederhana: siapa bekerja, dia mendapatkan. Siapa melanggar, dia dihukum. Tapi dalam kenyataannya, keadilan tidak selalu mengikuti rumus itu.

Filsuf Yunani, Plato, membayangkan keadilan sebagai harmoni. Setiap orang berada di tempatnya dan melakukan fungsinya dengan baik. Sedangkan Aristoteles berkata bahwa keadilan adalah memberi sesuai dengan apa yang layak diterima. Namun bagaimana kita menilai “kelayakan”? Di sanalah persoalan bermula.

Dunia Alam: Keadilan Bukan Pertimbangan

Bayangkan seekor singa yang kelaparan. Ia melihat kambing dan mengejarnya. Dari sudut pandang singa, berburu adalah bentuk keadilan, ia lapar dan berhak hidup. Tapi dari sudut pandang kambing, dunia menjadi tempat yang kejam dan tak masuk akal. Apakah ini adil?

Jawabannya: dalam dunia alam, tidak ada konsep keadilan. Yang ada hanyalah mekanisme bertahan hidup dan keseimbangan ekosistem. Tak ada yang “jahat” atau “baik”, hanya proses alami.

Manusia dan Keinginan Akan Keadilan

Berbeda dari makhluk lain, manusia menciptakan moralitas. Kita ingin hidup di dunia yang punya aturan, nilai, dan rasa aman. Kita menciptakan hukum dan sistem sosial untuk memastikan keadilan bisa diwujudkan, setidaknya menurut standar kita sendiri.

Namun tetap saja, ketimpangan terjadi. Orang jujur bisa gagal. Orang curang kita sebut saja cerdik bisa kaya. Bahkan saat kita sudah mematuhi semua aturan, dunia tetap bisa berbalik dan menampar kita.

Menghadapi Dunia yang Sangat Sempurna

Keadilan absolut mungkin hanyalah ilusi, ideal yang kita kejar, tapi tak pernah benar-benar kita genggam. Namun bukan berarti kita harus pasrah. Justru di situlah kekuatan kita sebagai manusia: kita bisa beradaptasi tanpa kehilangan nilai.

Alih-alih terus berharap dunia berubah agar sesuai dengan harapan kita, mungkin kita bisa belajar untuk menyiasati dunia ini, dengan cara yang cerdas, kuat, dan bermartabat. Seperti seekor kambing yang tak punya taring, tapi tahu kapan harus lari dan kapan harus tenang.

Penutup: Keadilan Sebagai Pilihan Pribadi

Kita mungkin tidak bisa memastikan dunia berlaku adil kepada kita. Tapi kita masih bisa memilih untuk tetap bersikap adil terhadap orang lain. Karena pada akhirnya, keadilan bukan hanya sistem, tapi juga karakter. Dan karakter adalah satu-satunya hal yang dunia ini tidak bisa ambil dari kita.

Posting Komentar

💬 Komentar Terbaru di Blog