Instagram: Ruang Publik Baru untuk Menyaksikan Realitas 💀 Udah Kayak DarkWeb

Daftar Isi

Aku sering buka Reels di Instagram sekadar buat hiburan. Tapi belakangan ini, aku malah merasa seperti lagi nonton versi ringan dari dark web. Isinya? Bukan cuma joget atau prank receh. 

Tapi video kecelakaan, korban bencana, perampokan, bahkan pembunuhan. Semuanya ditampilkan begitu saja tanpa blur, tanpa peringatan.

Awalnya aku kira cuma kebetulan. Tapi kok makin lama makin sering ya? Setiap kali aku lihat video dengan sudut kamera shaky atau ada suara panik di awal, pikiranku langsung waspada:

“Ini bakal ada yang celaka, ya? Jangan-jangan ada yang mati.” Dan ya, kadang bener. Kesialan memang nggak pandang siapa orangnya.

Instagram: Ruang Publik Baru untuk Menyaksikan Realitas 💀 Udah Kayak DarkWeb

Kenapa Instagram Jadi Tempat Kekerasan Viral?

Meta (perusahaan induk Instagram) memang pernah bikin pengakuan. Awal tahun 2025, mereka bilang telah mengubah cara kerja moderasi konten secara besar-besaran.

Perubahan yang Dilakukan Meta:

  • Menghapus sistem fact-checking dari pihak ketiga
  • Mengganti dengan sistem berbasis Community Notes
  • Fokus hanya pada konten ilegal berat (terorisme, eksploitasi anak)
  • Konten berbahaya ringan cuma dihapus kalau ada laporan manual

Meta bilang mereka ingin “mengurangi kesalahan penyensoran” dan “mengembalikan kebebasan berekspresi.” Tapi yang terjadi, konten sadis malah lolos.

Sumber: CNBC – Meta Apologizes for Graphic Content

Tapi sampai sekarang masih ada banyak reels gore yang muncul di IG.

Aku Nggak Ubah Pengaturan, Tapi Algoritma Seakan Berubah

Aku sadar, aku nggak pernah utak-atik settingan “konten sensitif.” Tapi tetap aja, yang muncul kadang terlalu nyata untuk disebut “hiburan.” Nggak heran banyak pengguna lain juga shock.

Dan menurut Instagram Help, mereka hanya memfilter “konten eksplisit atau menyesatkan” berdasarkan sistem otomatis dan laporan pengguna. Artinya, kalau videonya lolos dari keduanya ya bisa tayang bebas.

Antara Edukasi dan Eksploitasi

Aku ngerti, kadang konten bencana atau kekerasan bisa jadi bentuk transparansi sosial. Kita jadi tahu bahwa dunia ini nggak baik-baik saja. Kita sadar, di luar sana banyak orang tertindas, celaka, atau terjebak situasi tanpa perlindungan.

  • Tapi gimana kalau semua itu malah bikin kita mati rasa?
  • Kalau tiap hari lihat orang meninggal, kita mungkin bisa mulai kehilangan empati.

Realitas atau Realita yang Diperjualbelikan?

Banyak akun bahkan sengaja mengumpulkan video sadis. Bukan untuk edukasi. Tapi untuk views. Untuk engagement. Dan sayangnya itu berhasil. Algoritma Instagram memang suka yang memancing emosi.

Dan mungkin itu yang bikin platform ini kini seperti ruang publik terbuka…

…tapi yang nggak punya pagar. Semua bisa masuk. Semua bisa terlihat.

Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kita nggak bisa 100% kendalikan algoritma. Tapi kita bisa:

  • Gunakan tombol "Not Interested"
  • Laporkan konten yang terlalu mengganggu
  • Istirahat dari scrolling kalau mulai merasa mual atau cemas
  • Diskusi bareng teman, biar nggak overthinking sendirian

Karena ya, dunia ini memang keras. Tapi bukan berarti kita harus menyerap semuanya tanpa filter.

Kalau kamu juga sering lihat konten semacam ini, atau pernah kaget dengan Reels yang “nggak seharusnya muncul,” aku ingin dengar cerita kamu. Kita nggak sendirian dalam pengalaman ini.

Dan semoga… Media sosial bisa kembali jadi tempat manusia, bukan hanya kamera untuk kekacauan.

Posting Komentar

💬 Komentar Terbaru di Blog