Jangan Mencoba! Saat Menulis Tak Lagi Demi Likes: Pelajaran dari Bukowski
Aku pernah menulis untuk disukai. Aku pernah menulis agar dianggap pintar. Dan aku pernah menulis hanya supaya blogku ramai. Tapi seiring waktu, aku sadar: itu semua hanya memperbudak diriku sendiri.
Lalu aku mengetahui ada dua kata di batu nisan Charles Bukowski, dua kata yang menamparku: Don't Try.
Apa Maksud “Don’t Try”?
Bukowski bukan sedang menyuruh kita untuk malas. Dia bukan antiusaha. Justru, dia menyuruh kita berhenti berpura-pura.
“Try” di sini adalah usaha untuk menjadi sesuatu yang bukan dirimu. Menulis agar viral. Menulis agar disukai. Menulis agar terlihat "bermanfaat" di mata algoritma.
Bukowski muak dengan semua itu. Dan sejujurnya, aku juga.
Pengalamanku: Dari Blogger yang “Mencoba” Menyenangkan
Sebagai blogger lama, aku pernah mengalami fase di mana aku memilih topik-topik yang sedang tren. Aku membaca SEO, membentuk judul klikbait, dan menyesuaikan nada agar terlihat netral dan ramah Google.
Tapi satu hal hilang: jiwa.
Tulisan-tulisanku terasa seperti brosur. Tidak jujur. Tidak getir. Tidak ada jejak luka di sana. Semua seragam. Semua aman.
Mengapa Menulis Seperti Bukowski?
- Karena aku ingin tulisan ini seperti muntahan jujur, bukan presentasi sebuah korporat.
- Karena aku tidak ingin lagi merayu algoritma atau impresi manusia palsu.
- Karena hidup ini terlalu pendek untuk menulis yang tidak membuatku merasa hidup.
Perbandingan Menulis: Untuk Pasar vs Untuk Diri Sendiri
Menulis untuk Pasar | Menulis untuk Diri Sendiri |
---|---|
Memikirkan SEO, niche, branding | Memikirkan luka, keresahan, kebenaran pribadi |
Menyesuaikan gaya agar sopan dan aman | Mengalirkan apa adanya, walau kasar dan getir |
Berharap disukai | Siap untuk dibenci atau diabaikan |
Tidak meninggalkan bekas dalam hati | Menyerang dada orang yang tepat |
Tulisan yang Jujur Akan Menemukan Pembacanya
Pembaca sejati tidak mencari motivasi instan. Mereka mencari pantulan dari luka mereka sendiri di dalam tulisan kita.
Itulah yang aku pelajari dari Bukowski, Kafka, Cioran orang-orang yang menulis seperti mereka akan mati besok, tanpa peduli apakah tulisan mereka akan dibaca.
Aku Tidak Lagi “Mencoba”
Sekarang, aku menulis untuk satu alasan: karena aku tidak bisa tidak membagikan ide. Karena kalau tidak diekspresikan, aku bisa meledak oleh segala absurditas yang menumpuk.
Aku tidak janji tulisanku berguna. Tidak janji menginspirasi. Tapi aku janji: ini tulus.
Dan mungkin, itu saja cukup.
Terima kasih telah membaca. Jika kamu juga sedang lelah berpura-pura, mungkin tulisan ini adalah untukmu. Jangan mencoba. Jadilah dirimu. Lalu tulis, atau diam.
Posting Komentar