Whatever Happens to You Has Been Waiting? Mari Bongkar Pemikiran Sang Kaisar
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi dan filsuf Stoik, pernah mengatakan sesuatu yang cukup dalam: "Whatever happens to you has been waiting to happen since the beginning of time."
Pernyataan ini langsung memicu pertanyaan besar: apakah Marcus Aurelius seorang determinis? Apakah ia percaya bahwa takdir sudah ditetapkan sejak awal dan kita hanya menjalani apa yang sudah ditentukan? Mari kita kupas pemikiran sang kaisar dengan lebih mendalam.
1. Apa Makna Kutipan Ini?
Sebagai seorang filsuf Stoik, Marcus Aurelius sangat percaya pada keteraturan alam semesta (logos). Dalam pemikiran Stoik, segala sesuatu terjadi sesuai dengan hukum alam dan ada keharmonisan dalam segala kejadian. Ini bukan sekadar pasrah, tetapi lebih kepada penerimaan bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari suatu sistem yang lebih besar.
Namun, apakah ini sepenuhnya determinisme? Tidak sesederhana itu. Ada beberapa aspek yang perlu kita pertimbangkan sebelum menyimpulkan bahwa Aurelius benar-benar berpaham deterministik.
2. Stoikisme vs. Determinisme
Untuk memahami apakah Marcus Aurelius seorang determinis, kita harus membandingkan Stoikisme dengan determinisme klasik.
Stoikisme |
Determinisme |
Percaya bahwa
alam memiliki keteraturan tetapi manusia tetap memiliki kendali terhadap
responnya. |
Percaya bahwa
semua kejadian sudah ditentukan sebelumnya dan tidak bisa diubah. |
Menekankan
pentingnya kebajikan dan sikap terhadap kehidupan. |
Menolak
gagasan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam setiap keputusan. |
Menerima
bahwa kita tidak bisa mengendalikan eksternal, tetapi bisa mengendalikan diri
sendiri. |
Menyatakan
bahwa segala sesuatu mengikuti sebab-akibat yang tetap tanpa pilihan. |
Dari tabel ini, terlihat bahwa Stoikisme dan determinisme memiliki beberapa kesamaan, tetapi tidak identik. Stoikisme lebih menekankan penerimaan dan kontrol atas diri sendiri, sedangkan determinisme lebih fokus pada kepastian bahwa segala sesuatu sudah terjadi sesuai jalur yang telah ditetapkan.
3. Perspektif Marcus Aurelius: Takdir atau Pilihan?
Ada beberapa poin menarik yang menunjukkan bahwa Marcus Aurelius tidak sepenuhnya determinis:
- Kesadaran akan kontrol diri Dalam Meditations, Aurelius sering berbicara tentang bagaimana kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan kita, terlepas dari apa yang terjadi di luar diri kita. Ini menunjukkan bahwa ia percaya pada kehendak bebas dalam batas tertentu.
- Penerimaan terhadap kehidupan Meskipun ia berbicara tentang keteraturan kosmik, ia juga mengajarkan bahwa kita harus menerima hidup dengan keberanian dan tidak membiarkan diri kita ditentukan oleh faktor eksternal.
- Dichotomy of Control Epictetus, seorang filsuf Stoik yang juga menjadi inspirasi Aurelius, sering berbicara tentang konsep ini' bahwa ada hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Hal ini membuat Stoikisme lebih fleksibel dibanding determinisme klasik.
4. Kesimpulan: Marcus Aurelius Seorang Determinis?
Berdasarkan analisis, kita bisa menyimpulkan bahwa Marcus Aurelius memiliki elemen determinisme, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai seorang determinis sepenuhnya.
Ia percaya pada keteraturan alam semesta dan takdir, tetapi juga menekankan pentingnya bagaimana manusia merespons kejadian dalam hidupnya. Ini lebih dekat dengan konsep compatibilism, yaitu pandangan bahwa kehendak bebas bisa selaras dengan hukum alam yang tetap.
Jadi, apakah kita hidup dalam kepastian takdir atau masih memiliki pilihan?
Marcus Aurelius mungkin akan berkata: Jangan terlalu pusing memikirkan itu' yang terpenting adalah bagaimana kamu menjalani hidupmu dengan kebajikan dan ketenangan.
Posting Komentar